Oleh : Warno Hady
KransNews.com – Bila menyaksikan keberadaan Candi Prambanan, rasanya wajar kalau kita punya anggapan bahwa leluhur zaman dahulu telah memiliki kemampuan tinggi dan canggih dalam bidang ilmu teknologi bangunan. Nyatanya ada wujud bangunan Candi yang tanpa menggunakan semen atau paku.
Bangunan ini sangat kokoh dan awet hingga beberapa Abad lamanya. Keunikan tentang tehnik cara menyusun batu dapat membagi kekuatan. Dalam menyanggah beban berat bisa sepadan ngunci antara batu yang satu dan lainya (interlocking connection).
Cara ngunci terbagi dua, sistim vertical dimana sambungan batu berhimpitan atas bawah.
Demikian pula sistim horizontal antara dua batu berjejer kanan kiri bisa saling mengunci. Maka dapat disimpulkan bila teknologi bangunan para Leluhur dahulu belum kalah dibanding orang asing.
Teknologi para leluhur seperti cara membuat Relief inipun lebih unik punya kualitas seni yang tinggi. Relief ukiran dengan menggambarkan Paradesa Brahmana dengan lukiskan sebuah tarian dan aneka Ornamen suatu interprestasi Kebudayaan waktu itu yang ada di Candi Prambanan. Paling takjub terdapat di Candi Brahma, ada ukiran urutan Efos Ramayana super lengkap. Dimulai dari lahirnya Ramayana, sampai Rama Shinta dan Laksmana meninggalkan Negara Ayodya. Seterusnya Shinta diculik oleh Rahwana, dan acara Wisudawan Kusa putra Rama sebagai Raja di Ayodya.
Dari Relief-relief ini para Sarjana Arkeologi barat dapat menulis buku. Semisal, Dr WF Stutreheim dari Jerman yang menulis tentang Candi Prambanan dengan bahasa Jerman berjudul Legenden Und’s Rama Relief, ini terbit ditahun 1925, dan kemudian di tahun 1926 buku ini di tulis menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris lengkap di warnai dengan poto-foto.
Kiranya, dalam membangun Candi Prambanan mestinya membutuhkan waktu yang lama. Dan ini berhubungan dengan politik kekuasaan Raja Mataram Kuno (Hindu) saat itu. Selain terjadinya musibah gempa yang terjadi di Negeri Mataram Kuno waktu itu. Sekira Abad ke-10 Candi Perambanan pernah mengalami kerusakan berat, yang disebabkan Gempa dan Erupsi Gunung Merapi. Setiap terjadi musibah yang disebut Mahapralaya, para penduduk (waktu itu) mengungsi sampai ke wilayah Jawa Timur. Candi Prambanan pun tidak menjadi perhatian. Maka baru sekira Abad ke-11 di Komplek Candi Prambanan dilakukan Renovasi besar-besaran. Menurut para ahli Candi Prambanan mulai jadi perhatian di Tahun 1723. Dimana CA Lons salah satu pegawai VOC melaporkan bila di daerah Prambanan ada bekas Komplek Candi yang besar dan luas. Maka bila pernah meneliti dulu Komplek Candi Prambanan itu ada 240 buah Candi besar maupun kecil.
Karena bermacam gangguan Alam dan lainya, hingga saat ini tinggal sekira 18 Candi, yang dapat kita lihat, diantaranya delapan Candi utama, delapan Candi kecil yang ada pada pelataran pertama serta dua Candi Perwara pada pelataran ke dua.
NB: Tulisan ini didapat pada Mei 2016 saat berkunjung ke Prambanan, maka mohon maklum bila ada perubahan kondisi.