PT ESI (SIPEF GROUP) Bantah Soal Tak Memiliki Kebun Plasma/Kemitraan

oleh -171 Dilihat

KransNews.com | Simalungun – Menejemen PT Eastern Sumatera Indonesia (Sipef Group, red) membantah soal isu yang berkembang terkait perkebunan plasma. Pihak menejemen perkebunan kelapa sawit ini menjelaskan bahwa sejak 2019 PT ESI telah membina 437 petani sawit yang kini telah menjadi kelompok petani plasma.

Suhadi.SH.MM, Menejer Plasma Sumut PT ESI mengatakan, sejak 2019 pihak PT ESI telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat petani sawit yang ada di sekitaran HGU PT ESI, hanya saja di Kecamatan Gunung Malela sendiri tak semua wilayah memiliki lahan kelapa sawit sehingga pihaknya mengajak masyarakat di kecamatan lain untuk bergabung dengan Koperasi Kebun Plasma.

“Jauh hari kita sudah mengajak masyarakat yang ada di sekitar HGU kita untuk bergabung dengan kami. Hanya saja, untuk Kecamatan Gunung Malela sendiri, tak banyak masyarakat yang memiliki lahan kelapa sawit. Jadi kita mulai membina masyarakat yang ada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Bandar Huluan, Gunung Maligas,” ungkap Suhadi, Selasa (10/12/2024) siang saat ditemui di salah satu kafe yang ada di Kota Pematangsiantar.

Suhadi yang didampingi Asisten Small Holder, M Abidin Harahap menambahkan, terkait beberapa pangulu yang tidak mau menandatangani pengajuan HGU tersebut karena para pangulu belum memahami terkait Permentan Nomor 18 tahun 2021. Setelah kita jelaskan, maka para pangulu sudah ada yang mau tanda tangan.

“Dari 8 Panghulu, tinggal 2 pangulu yang belum tanda tangan. Sementara satu Panghulu sudah akan menandatangi setelah ada permintaan dari Nagori ke Perusahaan ,begitupun kita upayakan supaya persoalan ini rampung. Kalau terkait CSR kita telah menyalurkannya ke kelompok masyarakat, biasanya kita perbaiki jalan, rumah ibadah dan lainnya,” tambah mantan Anggota DPRD Kabupaten Simalungun ini.

Sejauh ini, katanya, perusahaan yang ada di Kabupaten Simalungun ini sudah menampung ribuan tenaga kerja masyarakat Kabupaten Simalungun ini. “Banyak juga masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari perkebunan ini, mulai dari peternak hingga ibu rumah tangga yang memanfaatkan lidi kelapa sawit sebagai tambahan perekonomian mereka,” tutupnya. (SN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *